Rabu, 18 September 2013

PARASIT PADA IKAN


OLEH :
NAM : ROMI ANDRIAN
NIM : 09C10432053


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2011



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).
Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama, parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit, parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam yang tidak terawat.
Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum parasit ini adalah:
1.      Untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan
2.      Agar mahasiswa mengetahui cara menanggulangi penyakit pada ikan
3.      Mengetahui gejala klinis ikan yang terserang parasit.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Hama merupakan mikroorganisme atau makroorganisme yang mengakibatkan penyakit atau sering disebut organisme patogen. Lebih lanjut Afrianto dan Liviawaty (1992), menerangkan bahwa penyakit merupakan bagian dari siklus hidup suatu organisme yang bersifat parasit yang menggangu terhadap organisme lain yang ditumpanginya.
Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada ikan, sesuai dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis patogen, jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman 1987). Infeksi jamur pada ikan  biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegniadan Achyla
Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka (Ulcer)  atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur.
Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces astacii. Jamur ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome). Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan (anonim, 2011).
Protozoa merupakan hewan uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan 50.000 spesies Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau, air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas dan menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit, diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, danHeneguya (Suwignyo dkk., 1997). Parasit Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit (Mollers dkk., 1986).
Noble dan Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa dibedakan atas lima golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa, Ciliophora dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang memiliki satu atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya.
Sebagian besarMastighopora hidup bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora, Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan adalah Amyloodinium pillularis. 
Parasit ikan yang berasal dari kelas Zoomastighoporaadalah Ichtyobodo necatrix yang menginfeksi kulit dan insang berbagai ikan air tawar.Cryptobia menginfeksi insang, usus dan darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991). Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani ‘platy’ yang berarti pipih dan ‘helminthes’ yang berarti cacing.
Filum ini merupakan kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan pembentukkan lapisan ketiga (mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio memungkinkan terbentuknya sebagian besar system organ pada Platyhelminthes. Terbentuknya mesodermis dan system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah anterior, posterior dan terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior merupakan bagian yang pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat berjalan dan mempunyai indera paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo dkk., 1997).
Filum platyhelminthes tidak memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya merupakan akibat dari kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang sangat baik dan mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1.    Penyakit atau parasit pada kulit.
Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut.
Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri, virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.
Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. 

2.     Penyakit atau parasit pada insang.
Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk bernafas.
Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.

3.     Penyakit atau parasit pada organ dalam.
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang sangat kurus.
Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik tidak terkontrol (Sachlan, 2002).


BAB III
METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum parasit dan penyakit organisme akuatik dilakukan pada tanggal 26 maret 2011 pukul 16.00 wib s.d selesai. Bertempat di laboratorium Perikanan, fakultas Perikanan dan ilmu kelautan, universitas Teuku umar.

3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah lengkap 2 buah, pipet tetes, botol film, mikroskop cahaya, ikan yang sakit, formalin 10%, buku identifikasi dan aquades. Objep glass.

3.3  Cara Kerja
Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Parasit
a.       Dikoleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam budidaya, dan tambak.
b.      Untuk ikan yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika dikolam yang menunjukkan gejala tidak normal.
c.       Dikoleksi parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.
d.      Dibedah ikan dan koleksi parasit dibagian internal: saluran pencernaan, kepala, mata.
e.       Diamati parasit dibawah mikroskop
f.       Diidentifikasi parasit
g.      Parasit disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10% dan diberi nama parasit, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.
2.      Jamur
a.       Diambil sampel ikan dan udang yang terinfeksi jamur. Sampel bisa dari telur dan larva atau ikan dewasa yang menunjukkan gejala terinfeksi jamur (biasanya terdapat hifae di sekitar tubuh sampel inang)
b.      Diamati tingkah laku ikan di kolam ketika pengambilan
c.       Diamati gejala eksternal dan internal sampel


DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor.15 hal
Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff, W.E.1995. Dr Axelrod’s Mini Atlas of Freshwater Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition. TFH Publications Inc. United States
FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.
Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.



Tidak ada komentar: