PARASIT PADA IKAN
OLEH :
NAM : ROMI ANDRIAN
NIM :
09C10432053
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penyakit ikan merupakan
salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena
wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya
tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga
nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah
modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih,
pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya.
Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih
rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi
hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya,
penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan
penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat
berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan
penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi
patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi),
dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).
Organisme yang diserang
penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama, parasit, dan non parasit.
Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit yang disebabakan
oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk
dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat
menimbulkan penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh
parasit bergantung pada beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit,
persentase populasi yang terserang penyakit, parahnya penyakit, dan adanya
infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme budidaya adalah dari
jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.
Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau
kolam yang tidak terawat.
Faktor lain yang membuat
serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang dimiliki untuk
mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani ikan
karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai
mahasiswa yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu dilatih
dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum parasit ini adalah:
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan
2. Agar
mahasiswa mengetahui cara menanggulangi penyakit pada ikan
3. Mengetahui
gejala klinis ikan yang terserang parasit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut definisinya
penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang abnormal dari tubuh
atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang
membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Hama merupakan
mikroorganisme atau makroorganisme yang mengakibatkan penyakit atau sering
disebut organisme patogen. Lebih lanjut Afrianto dan Liviawaty (1992),
menerangkan bahwa penyakit merupakan bagian dari siklus hidup suatu organisme
yang bersifat parasit yang menggangu terhadap organisme lain yang
ditumpanginya.
Hama dan Penyakit Ikan
(HPI) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau
menyebabkan kematian pada ikan, sesuai dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992
pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa Hama dan Penyakit
Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang ditetapkan
pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia.
Pengendalian penyakit
perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya penanggulangan dan
pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis patogen, jenis ikan
yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman 1987). Infeksi jamur pada
ikan biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegniadan Achyla.
Jamur
biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai
akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur
ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau
dipicu oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun
kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi
jamur.
Pada saat
ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur
sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang
termasuk berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces
astacii. Jamur ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic
Ulcerative Syndrome). Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan (anonim,
2011).
Protozoa merupakan hewan
uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan 50.000 spesies
Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau,
air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas
dan menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai
parasit, diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina,
Ichthyoptirius, danHeneguya (Suwignyo dkk., 1997). Parasit
Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit
(Mollers dkk., 1986).
Noble dan Noble (1989),
menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa dibedakan atas lima
golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa, Ciliophora
dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang
menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang
memiliki satu atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya.
Sebagian besarMastighopora hidup
bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi banyak yang bersimbiosis
(komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata dan avertebrata. Mastighopora dibagi
dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora, Zoomastighopora dan Opalinata.
Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan adalah Amyloodinium
pillularis.
Parasit ikan yang
berasal dari kelas Zoomastighoporaadalah Ichtyobodo
necatrix yang menginfeksi kulit dan insang berbagai ikan air tawar.Cryptobia menginfeksi
insang, usus dan darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991). Platyhelminthes
berasal dari bahasa yunani ‘platy’ yang berarti pipih dan ‘helminthes’
yang berarti cacing.
Filum ini merupakan
kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan pembentukkan lapisan ketiga
(mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio memungkinkan terbentuknya
sebagian besar system organ pada Platyhelminthes. Terbentuknya mesodermis dan
system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah anterior, posterior dan
terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior merupakan bagian yang
pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat berjalan dan mempunyai
indera paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo dkk., 1997).
Filum platyhelminthes
tidak memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya merupakan akibat dari
kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang sangat baik dan
mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat
kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).
Berdasarkan daerah
penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1. Penyakit atau parasit pada
kulit.
Penyakit atau parasit
ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat dideteksi. Apabila
organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat langsung
diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan
mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh
serangan organisme-organisme tersebut.
Biasanya ikan yang
terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan.
Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,
virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat
bercak-bercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.
Ikan yang mengalami
serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan menggosok-gosokkan
badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan luka
baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
2.
Penyakit atau parasit pada insang.
Penyakit atau parasit
yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara dini karena
menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk
mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati
pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah
menjadi sulit untuk bernafas.
Selain itu, tutup insang
akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya
sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula
dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah terjadi
pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan
besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.
3.
Penyakit atau parasit pada organ dalam.
Ciri utama ikan yang
terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya adalah
terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki
perut yang sangat kurus.
Jika pada kotoran ikan
sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi pendarahan
(peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya
keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir
balik tidak terkontrol (Sachlan, 2002).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum parasit dan
penyakit organisme akuatik dilakukan pada tanggal 26 maret 2011 pukul 16.00 wib
s.d selesai. Bertempat di laboratorium Perikanan, fakultas
Perikanan dan ilmu kelautan, universitas Teuku umar.
3.2 Alat dan
Bahan
Adapun alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah lengkap 2 buah, pipet
tetes, botol film, mikroskop cahaya, ikan yang sakit, formalin 10%, buku
identifikasi dan aquades. Objep glass.
3.3 Cara
Kerja
Adapun langkah-langkah
kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Parasit
a. Dikoleksi
ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam
budidaya, dan tambak.
b. Untuk ikan
yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika dikolam yang
menunjukkan gejala tidak normal.
c. Dikoleksi
parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.
d. Dibedah
ikan dan koleksi parasit dibagian internal: saluran pencernaan, kepala, mata.
e. Diamati
parasit dibawah mikroskop
f. Diidentifikasi
parasit
g. Parasit
disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10% dan diberi
nama parasit, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.
2. Jamur
a. Diambil
sampel ikan dan udang yang terinfeksi jamur. Sampel bisa dari telur dan larva
atau ikan dewasa yang menunjukkan gejala terinfeksi jamur (biasanya terdapat
hifae di sekitar tubuh sampel inang)
b. Diamati
tingkah laku ikan di kolam ketika pengambilan
c. Diamati
gejala eksternal dan internal sampel
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan
Parasit. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan
Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor.15 hal
Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff,
W.E.1995. Dr
Axelrod’s Mini Atlas of Freshwater Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition.
TFH Publications Inc. United States
FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic
Animal Diseases.
Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan,
1986. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar